Selasa, 19 Februari 2019

Rasa Itu Pernah Ada #Part 3

Lanjuuuuuuuuut..


Siang-siang Raisya merasakan AC di ruangannya sangat dingin, saking dinginnya pengin bobo sambil dikelonin. Saat itu yang cuma bisa menghangatkan adalah CPU, lumayan membantu menghangatkan bagian betis. Kemudian, dia ingat temannya si Andari sedang membawa jaket. 

Andari meminjamkan jaketnya kepada Raisya sedari jam istirahat sampai jam pulang kerja. Tiba waktu pulang kantor, Raisya menghampiri ruang kerja Andari untuk mengembalikan jaketnya. Namun, di seberang meja Andari ada sosok laki-laki tiba-tiba ikut nimbrung. Yap! Riyan.

"Mblo, pinjem deh jaket Andari. Gue bawa motor nih mau pulang malem nggak bawa jaket." pinta Riyan

"Lah, gimana bawa motor nggak bawa jaket. Modus lu pinjem jaket Andari." sambut Raisya cemburu

"Ngatur-ngatur aja lu! jaket-jaket Andari, kok lu yang ribet sih mblo." jawab Riyan

"Yaudah nih jaketnya, ada wangi badan gue loh. Jangan diendus-endus ya! nanti kangen." canda Raisya sambil memberikan jaket

"Iyuuuh bau dong! untung gue bawa minyak wangi." bales Riyan sambil pakai jaketnya

"Ih Yan jangan disemprot minyak wangi lo, bau babeh-babeh tau." kata sang empunya Jaket, Andari

Hhhmm Raisya agak sedikit kepikiran, jaket Andari yang baru dia pake hampir seharian langsung dipake oleh Riyan di depan matanya. Raisya merasa senang aroma badannya akan menemani Riyan, tapi kok ada sedihnya. Jaket yang dipinjem itu punya Andari bukan punya dirinya, semaleman jaket Andari bakal disimpan di kamar Riyan.  

"Huft.. cemburu sama jaket Andari."

...............

Tiga jam menjelang pulang kantor, Raisya lagi penat banget dengan kerjaannya biasanya dia akan mencari teman untuk sekadar nonton film atau nongkrong nyemil-nyemil. Kemudian, dia menghubungi teman kantornya yang lain untuk menonton film. Ajakannya disambut dengan baik dan langsung dibelikan tiketnya via online.

Tapi....

Sejam menjelang pulang kantor, Raisya semakin excited untuk menonton film tiba-tiba ada telepon masuk dari Andari. Dia mengajak makan roti bakar bareng Riyan dan teman kantor yang lain. "DHEG" hati Raisya tiba-tiba degdegan. Setiap orang yang menyebut nama Riyan membuat hatinya degdegan.

"Sya, pulang kantor kemana?" tanya Andari

"Gue mau nonton, Dar." jawab Raisya

"Yah, padahal gue mau ngajak makan roti bakar enak bareng Riyan dan Teddy." kata Andari agak kecewa

"Telat ih ngajaknya. Gue udah dibeliin tiket." balas Raisya

"Sebenernya gue agak malas juga lagi pengin pulang cepat, tapi gue janji sama Riyan mau nemenin dia makan roti bakar sebelum dia cuti. Eh, lo gak bisa gue jadi makin malas deh." curhat Andari

"Kalau lo ngajaknya lebih awal, gue mau deh ikut. Yaudah gih pergi sana kesian Riyan di-PHPin lo mulu tuh." suruh Raisya

"Iya juga sih. Yaudah deh kapan-kapan lo bisa ikut ya." kata Andari

"Oke. Have fun ya." balas Raisya

"Have fun"-nya Raisya itu adalah rasa cemburu yang diselimuti rasa penyesalan nggak bisa ikut makan roti bakar enak bareng Riyan. Eh, kok Riyan sih? yang ngajak Andari loh, bukan Riyan. Jangan geer! Padahal Raisya berharap ada telepon berdering 5 menit menjelang pulang kantor, telepon dari Riyan yang berisi ajakan makan roti bakar.

Sesampainya di bioskop..

Sejujurnya, hati Raisya merasa gelisah dan nggak tenang memikirkan Andari dan Riyan yang lagi asik makan roti bakar tanpa dirinya. "Andai bisa ikut mereka pasti nggak akan segelisah ini." pikirnya.

Sementara, film yang ditonton untungnya bagus, lagu-lagu yang mengiringi jalannya film juga nggak kalah bagus. Namun, pikirannya tetap kepada Raisya dan Riyan. Raisya menyimpan rasa cemburunya di puncak yang paling tinggi. Dia semakin yakin akan perasannya, bahwa Riyan menyimpan rasa kepada Andari.

"DHEG"

Perasaan cemburunya yang memuncak seolah memutar kembali pada kejadian-kejadian yang pernah Raisya rasakan akan kepekaannya terhadap apa yang terjadi antara Riyan dan Andari, sementara di sisi lain ada hati kosong yang mulai tumbuh harapan pada Riyan.

Pertama, Andari pernah cerita kalo dia sering diajak jalan sama Riyan dan Riyan sering menawarkan dirinya untuk mengunjungi rumah Andari, tapi ditolak oleh Andari. Kedua, cerita yang sangat relate dengan Andari, Riyan juga pernah cerita kepada Raisya kalo dia sering diberi harapan kosong sama Andari mengenai ajakannya nongkrong sepulang kantor. Ketiga, Riyan pinjam jaket Andari yang sebelumnya dipake Raisya ternyata ada modus terselubung yang baru "tercium" oleh Raisya.

Semesta semakin menunjukkan kepada Raisya untuk mundur dan membuang jauh-jauh rasa ingin memiliki sosok Riyan. Seiring berjalannya waktu, setiap kejadian apapun yang ada hubungannya dengan Riyan dan Andari, Raisya berusaha untuk menutupi rasa cemburunya dengan bersikap nggak canggung kalo berada diantara mereka berdua, meskipun Andari nggak ada rasa terhadap Riyan.

Beberapa bulan kemudian, Raisya mendapati kabar kalo Riyan akan resign. Lagi-lagi semesta berempati terhadap Raisya untuk nggak lebih jauh meratapi kegalauannya, justru dengan Riyan resign akan mempermudah Raisya move on lebih cepat.

Keadaan setelah Riyan resign, kegalauan Raisya jauh berkurang tapi belum ada pengganti sosok Riyan yang bikin semangat berangkat ke kantor dan apa kabar Andari? yak dia sudah memiliki calon teman hidupnya. Kabar Riyan? Entahlah Raisya nggak peduli dan nggak mau tau, itu salah satu cara untuk move on dari kegalauannya.

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun Raisya memiliki keinginan untuk bertemu dengan Riyan dan memberikan sebuah pertanyaan dan pernyataan;

 "Lo tuh pernah ada rasa sama Andira? hayo jujur ya!"

"Jujur, gue rindu sama lo, Yan" 






Dan satu lagi mau bilang sebelum lupa, "Dulu, rasa itu rasa yang lo berikan kepada Andari pernah ada di diri gue buat lo, Yan." 


-----THE END-----